Jumat, 08 Maret 2013

KEHENDAK TUHAN ATAU KEHENDAK MANUSIA


Kehendak Tuhan atau Kehendak Manusia

Yak 1:12-18

             Pada suatu hari ada perbincangan yang menarik yang sedang terjadi di suatu stasiun televisi.  Saat seorang wartawan mewawancarai salah satu korban kecelakanaan.  Saat wartawan itu bertanya tentang perasaan yang dialami oleh orang tersebut, dengan tegar ibu itu menjawab “sebenarnya saya sedih dengan kecelakaan ini tetapi mau bagaimana lagi lha sudah takdirnya begini.  Ini merupakan cobaan yang berat bagi keluarga kami.”  
Berbicara mengenai cobaan kadang kita selalu mempertanyakan Tuhan itu bagaiman to?  Kenapa hidup kita ini sulit sekali, kenapa saya harus menjadi orang miskin, kenapa saya harus menjadi bangkrut kenapa saya harus mengalami kecelakaan, kenapa saya harus bla-bla-bla dll.  Sering sekali kita seperti mempertanyakan Tuhan apa sich kehendak Tuhan dalam hidup kita.  Pada saat kita sampai pada titik jenuh seperti tidak ada jawaban membuat iman kita goyah dan itu tidak jarang banyak orang percaya akhirnya harus meninggalakan imannya. 
             Hal ini mengingatkan kembali kepada kita bahwa Tuhan Yesus juga mengalami masa pencobaan di padang gurun.  Yesus tetap bertahan dalam kondisinya meskipun ada banyak hal yang dipamerkan oleh “yang mencobai”.  Bertahan dalam pencobaan menghasilkan sesuatu yang baik dari Tuhan “mahkota dari Tuhan” (ay 12) sesuatu yang indah ada berkat yang akan diberikan Tuhan yang membuat kita menjadi sukacita saat kita bisa melewati masa pencobaan yang sedang kita alami.  Meskipun terkadang kita megnalami kesulitan untuk mengerti tentang Tuhan pada saat pencobaan kita terkadang membuat kita menuduh Tuhan yang mencobai.  Padahal sebaliknya Tuhan tidak pernah mencobai “pencobaan bukanlah datang dari Tuhan” (ay 13).  Tetapi ternyata sebenarnya  pencobaan datang dari keinginan manusia itu sendiri dan yang kemudian telah terpikat sehingga melakukan suatu kesalahan yang menghasilkan dosa (ay 14).  Jadi bukan Tuhan yang mencobai kita, tetapi diri kita sendiri yang mencobai kita sendiri dengan keinginan-keinginan kita sendiri.  Padahal Tuhan sebenanya selalu memberikan yang terbaik dan yang sempurna, Tuhan selalu memberikan anugerahnya yang terbaik dan menjadikan yang baik (ay 17-18)  sehingga “pada tingkat tertentu” kita menjadi anak sulung menjelaskan pada saat kita sudah berada pada suatu titik ketidak berdayaan kita dan kesadaran bahwa kita sebenarnya membutuhkan Tuhan dan berserah kepada Tuhan serta menanggalakan keinginan diri tetapi keinginanya Tuhan.


MARI LAKSANAKAN KEHENDAK TUHAN DI DALAM HIDUP KITA

1 komentar: