Jumat, 01 Maret 2013

Menilai dan Dinilai





Menilai dan Dinilai

Roma 2:1-6


“Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.”
 (Roma 2:1)

Mata diciptakan sebagai salah satu indera yang berfungsi untuk membantu manusia melihat segala yang ada di sekitarnya.  Mata bisa melihat apa yang ada di depan nya dengan bantuan pantulan cahaya yang mengenai benda tersebut akan tetapi manusia tidak bisa melihat benda yang ada disekitarnya jika tidak ada cahaya,  selain itu juga mata tidak pernah bisa melihat muka yang orang yang membawanya secara langsung tetapi bisa langsung melihat wajah orang lain secara langsung,,,

            Begitu juga dengan kita sering kali kita hanya bisa melihat orang lain melihat kondisi orang lain dan melihat kelemahan orang lain.   Pada saat kita melihat orang lain dan menilai orang lain secara perlahan tapi pasti pikiran kita akan membuat suatu kesimpulan,  bahkan terkadang kesimpulan tersebut menjadi kan kita bersikap menghakimi orang lain.  Sehingga meskipun orang itu sudah berbuat sesuatu yang baik dan sesuatu perubahan yang mengarah kepada kebenaran maka justru akan tetap bersikap “Alah paling-juga ada maunya” atau “paling juga cuman sebentar baiknya”.  Memang ada standart ukuran-ukuran yang dipakai untuk menilai seseorang tetapi semua standart itu tidak bisa degeneralisasikan seumur hidup atau untuk semua orang.    

            Seharusnya yang kita buat adalah untuk tidak menghakimi orang lain dengan semua tindakan tersebut karena seharusnya adalah kesalahan yang sudah dilakukan orang adalah untuk menjadi bahan Intospeksi diri kita sendiri.  Tuhan Itu adil dia punya ukuran dan standart sendiri tentang kesalahan manusia karena Tuhan berbuat sesuai dengan kehendakNya.  Tuhan mengenakan penghukuman kepada orang yang tidak berkenan sehingga dengan kita melihat orang lain kita menjadi menginstropeksi diri untuk kita belajar agar berusaha untuk yang hidup yang berkenan bagi Tuhan, Paling tidak kita sadar bahwa Tuhan sudah menuntun kita untuk mengusahakan yang terbaik agar luput dari hukuman Allah.   
             
Kita sadar bahwa kita tidak akan pernah bisa luput dari dari tindakan berbuat pelanggaran yang tidak menyenangkan.  Allah yang berinisiatif, dengan cara nya yang ajaib, tetapi kita yang mengeraskan hati kita, kalo kita sadar akan hal itu maka janji Tuhan yaitu kehormatan, ketidakbinasaan, kemuliaan, dan damai sejahtera pasti akan selalu menyertai kita.   


Janganlah Mata Selalu Terarah Kepada Muka Orang Lain
Tetapi Ambilah Cermin (Firman Tuhan)  dan Nilailah Diri Sendiri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar