Kamis, 28 Maret 2013

Pikiranmu apa Pikiran-NYA



Memikirkan apa yang dipikiranNya

Markus 8:31-37
                 Dalam suatu perjalanan dari kota batu menuju ke Pare cuaca yang pada mulanya cerah pada saat di kota batu kemudian tiba-menjadi mendung dan turun hujan.  Sesampainya di sebuah desa di sekitar kec. Pujon tiba-tiba hujan lebat tidak bisa di elakan lagi secara otomatis saya harus berteduh di sebuah gubuk di tepi jalan.  Tidak lama kemudian datang lah seorang muda yang juga sedang ingin berteduh dari hujan,  memang hujan yang cukup lebat membuat kami tidak berani meelanjutkan perjalanan mengingat daerah tersebut merupakan daerah pegunungan yang rawan longsor. 
                Saya mencoba berbincang dengan seorang muda tersebut dengan memulai berbasa-basi sedikit bertanya dari mana dan mau kemana, dan kemudian dia bercerita tentang kuliahnya.  Saat itu saya langsung bertanya apa sich yang hendak kamu lakukan setelah selesai kuliah nanti? Dia menjawab “kerja” hya semua orang juga tahu kalau selesai kuliah  kerja tetapi kerja apa?  Dia nampak  kebingungan untuk menjawab.    Kebanyakan dari kita saat ditanyai tentang hal yang lebih detail tentang harapan masa depan terkadang kebingungan untuk menjawab.  Mau buat apa sich kita ini hidup? Untuk apa kita hidup.  Perjalanan hidup kedepan yang susah ditebak dan diperkirakan membuat orang terkadang mengabaikan perencanaan detail tentang kehidupan ini dan selalu bersikap hati-hati terhadap berbagai hal.   
                 Begitu juga dengan Petrus, saat Tuhan Yesus sedang menjelaskan Firman Tuhan di depan para  imam dengan tiba-tiba Petrus menarik Yesus dan menegur Yesus untuk bersikap hati-hati.  Tetapi Yesus meenjawab dengan cukup tegas “engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirrkan manusia”  Apa yang dipikirkan Allah seharusnya menjadi dasar utama yang harus kita gumuli untuk kehidupan kita sebagi orang percaya.  Berani menderita, berani meberitakan Injil, berani memikul salib, berani mempertaruhkan nyawa tetapi tidak memikirkan apa yang dipikirkan Allah semua hanya akan menjadi sia-sia.  Mari bergumul untuk mengetahui Pikiran Allah untuk hidup kita di dalam Firman-Nya.   Mendekati masa penyaliban Kristus ini mari kita bergumul rencana apa yang akan Allah lakukan di dalam hidup kita.  (Chan)

MARI MEMIKIRKAN APA YANG ALLAH PIKIRKAN

Pikiranmu apa Pikiran-NYA



Memikirkan apa yang dipikiranNya

Markus 8:31-37
                 Dalam suatu perjalanan dari kota batu menuju ke Pare cuaca yang pada mulanya cerah pada saat di kota batu kemudian tiba-menjadi mendung dan turun hujan.  Sesampainya di sebuah desa di sekitar kec. Pujon tiba-tiba hujan lebat tidak bisa di elakan lagi secara otomatis saya harus berteduh di sebuah gubuk di tepi jalan.  Tidak lama kemudian datang lah seorang muda yang juga sedang ingin berteduh dari hujan,  memang hujan yang cukup lebat membuat kami tidak berani meelanjutkan perjalanan mengingat daerah tersebut merupakan daerah pegunungan yang rawan longsor. 
                Saya mencoba berbincang dengan seorang muda tersebut dengan memulai berbasa-basi sedikit bertanya dari mana dan mau kemana, dan kemudian dia bercerita tentang kuliahnya.  Saat itu saya langsung bertanya apa sich yang hendak kamu lakukan setelah selesai kuliah nanti? Dia menjawab “kerja” hya semua orang juga tahu kalau selesai kuliah  kerja tetapi kerja apa?  Dia nampak  kebingungan untuk menjawab.    Kebanyakan dari kita saat ditanyai tentang hal yang lebih detail tentang harapan masa depan terkadang kebingungan untuk menjawab.  Mau buat apa sich kita ini hidup? Untuk apa kita hidup.  Perjalanan hidup kedepan yang susah ditebak dan diperkirakan membuat orang terkadang mengabaikan perencanaan detail tentang kehidupan ini dan selalu bersikap hati-hati terhadap berbagai hal.   
                 Begitu juga dengan Petrus, saat Tuhan Yesus sedang menjelaskan Firman Tuhan di depan para  imam dengan tiba-tiba Petrus menarik Yesus dan menegur Yesus untuk bersikap hati-hati.  Tetapi Yesus meenjawab dengan cukup tegas “engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirrkan manusia”  Apa yang dipikirkan Allah seharusnya menjadi dasar utama yang harus kita gumuli untuk kehidupan kita sebagi orang percaya.  Berani menderita, berani meberitakan Injil, berani memikul salib, berani mempertaruhkan nyawa tetapi tidak memikirkan apa yang dipikirkan Allah semua hanya akan menjadi sia-sia.  Mari bergumul untuk mengetahui Pikiran Allah untuk hidup kita di dalam Firman-Nya.   Mendekati masa penyaliban Kristus ini mari kita bergumul rencana apa yang akan Allah lakukan di dalam hidup kita.  (Chan)

MARI MEMIKIRKAN APA YANG ALLAH PIKIRKAN

Rabu, 27 Maret 2013

RAMBU_RAMBU





Markus 13:33-37
                Saat kita hendak pergi atau berpamitan kata yang sering di ungkapkan oleh orang yang kita pamiti adalah “hati-hati ya di jalan”,  atau saat kita melintasi kawasan sekolah atau kawasan perumahan selalu ada tanda  “hati-hati”.  Bahkan sepanjang perjalanan akan selalu dipenuhi dengan rambu-rambu lalu-lintas.  Ada banyak tanda yang selalu mengingatkan sepanjang hari-hari kita baik di jalan, di kawasan umum bahkan di rumah pribadi dipenuhi dengan rambu-rambu peringatan. Ini menunjukan bahwa manusia itu harus selalu di ingatkan dan diarahkan.  Masing-masing individu harus selalu diarahkan dan diingatkan.
Semua tanda-tanda dibuat bertujuan mengingatkan setiap orang dalam beraktifitas,  begitu juga dengan Tuhan Yesus membuat tanda yang terakhir sebelum dia ditanggkap oleh para imam.  Yesus mengungkapkan “berhati-hatilah dan berjaga-jagalah!” kalimat yang sederhana tetapi sarat akan kekhawatiran Yesus kepada setiap murid-muridnya.  Ketidakpastian akan sesuatu hal akan mudah membuat manusia berpaling dan mencari sesuatu yang dianggap pasti oleh manusia.  Meskipun murid-murid selalu menyertai sepanjang pelayanan Yesus, dan sudah banyak rambu-rambu yang dipasang oleh Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya kepada para murid-Nya,  tetapi saat menjelang akhir dari pelayanan Yesus dia memasang rambu-rambu yang terakhir.  Rambu-rambu ini diharapkan menjadi kewaspadaan dari murid-murid untuk selalu bersiap-siaga meskipun sudah tidak lagi bersama dengan Yesus dan murid-murid tidak terlena oleh kenikmatan dunia dan kepastian yang tidak tentu.
Berhati-hatilah dan berjaga-jagalah!  Mengingatkan kepada kita untuk tetap selalu waspada bahwa kita harus mempertahankan hidup yang baik dan yang berkenan kepada Tuhan sesuai dengan rambu-rambu yang Yesus sudah berikan di dalam Firman-Nya…

BERHATI-HATI DAN BERJAGA-JAGALAH

RAMBU_RAMBU





Markus 13:33-37
                Saat kita hendak pergi atau berpamitan kata yang sering di ungkapkan oleh orang yang kita pamiti adalah “hati-hati ya di jalan”,  atau saat kita melintasi kawasan sekolah atau kawasan perumahan selalu ada tanda  “hati-hati”.  Bahkan sepanjang perjalanan akan selalu dipenuhi dengan rambu-rambu lalu-lintas.  Ada banyak tanda yang selalu mengingatkan sepanjang hari-hari kita baik di jalan, di kawasan umum bahkan di rumah pribadi dipenuhi dengan rambu-rambu peringatan. Ini menunjukan bahwa manusia itu harus selalu di ingatkan dan diarahkan.  Masing-masing individu harus selalu diarahkan dan diingatkan.
Semua tanda-tanda dibuat bertujuan mengingatkan setiap orang dalam beraktifitas,  begitu juga dengan Tuhan Yesus membuat tanda yang terakhir sebelum dia ditanggkap oleh para imam.  Yesus mengungkapkan “berhati-hatilah dan berjaga-jagalah!” kalimat yang sederhana tetapi sarat akan kekhawatiran Yesus kepada setiap murid-muridnya.  Ketidakpastian akan sesuatu hal akan mudah membuat manusia berpaling dan mencari sesuatu yang dianggap pasti oleh manusia.  Meskipun murid-murid selalu menyertai sepanjang pelayanan Yesus, dan sudah banyak rambu-rambu yang dipasang oleh Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya kepada para murid-Nya,  tetapi saat menjelang akhir dari pelayanan Yesus dia memasang rambu-rambu yang terakhir.  Rambu-rambu ini diharapkan menjadi kewaspadaan dari murid-murid untuk selalu bersiap-siaga meskipun sudah tidak lagi bersama dengan Yesus dan murid-murid tidak terlena oleh kenikmatan dunia dan kepastian yang tidak tentu.
Berhati-hatilah dan berjaga-jagalah!  Mengingatkan kepada kita untuk tetap selalu waspada bahwa kita harus mempertahankan hidup yang baik dan yang berkenan kepada Tuhan sesuai dengan rambu-rambu yang Yesus sudah berikan di dalam Firman-Nya…

BERHATI-HATI DAN BERJAGA-JAGALAH

Jumat, 22 Maret 2013

KEMEGAHANMU VS KEMEGAHANKU



KEMEGAHANMU VS kemegahanku

“Guru lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu”
Markus 13:1-2

                Untuk kesekian kali saya pergi ke ibukota Negara,  saya melihat ada banyak sekali tower dan gedung-gedung pencakar langit yang cukup tinggi, kemegahan suasana metropolitan sungguh terasa di kota tersebut.  Setelah sampai di sebuah tempat di yang saya tuju, saya mulai berbincang-binang dengan beberapa orang yang telah lama tinggal di sini, mereka bercerita tentang gereja.  Dia menjelaskan bahwa di satu wilayah yang saya tempati sekarang terdapat 130 gereja dari berbagai denominasi.  Masing-masing gereja memiliki gedung yang sebagian besar berada di kawasan elit.  Gedung gereja yang megah, fasilitas gereja yang cukup lengkap dan jemaat yang bertambah banyak, itu merupakan semua impian dari lebih dari 1000 hamba Tuhan yang ada di wilayah tersebut.
                Murid Yesus berkata “Guru lihatlah betapa kokohnya batu-batu tersebut dan betapa megahnya gedung-gedung itu!”  Ungkapan kekagauman murid-murid kepada Bait Allah yang menjadi pusat peribadatan pada masa itu.  Kemegahan bentuk gedung dan dengan gaya arsitek yang sangat indah membuat mata murid-murid disilaukan dengan kondisi gedung.  Akan tetapi Yesus hanya menjawab “Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? tak satupun akan dibiarkan terletak diatas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan”.  Semuanya akan diruntuhkan oleh Tuhan dan tidak akan dibiarkan berdiri.
                Jika dalam diri kita orientasi dalam menyembah Tuhan hanya terletak kepada kemegahan gedung dan kelengkapan fasilitas ini menunjukan bahwa inilah bentuk kesombongan rohani yang sebenarnya tidak mengenal Tuhan.   penampilaan gereja yang sebenarnya adalah berada dalam pribadi kita sebagai orang percaya bukan terletak kepada gedung yang megah, tetapi ada pada pribadi kita sendiri.  Seberapa kenal kita dan seberapa dekat kita dalam membangun kemegahan rohani kemegahan hubungan yang baik dengan Tuhan akan tergambar nyata menjadi kemegahan yang tidak bisa diruntuhkan oleh apapun.  Karena kemegahan gedung bisa saja hancur setiap saat.(Chan)

MARI MEMBANGUN GEDUNG “HATI" KITA DI DALAM  TUHAN

KEMEGAHANMU VS KEMEGAHANKU



KEMEGAHANMU VS kemegahanku

“Guru lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu”
Markus 13:1-2

                Untuk kesekian kali saya pergi ke ibukota Negara,  saya melihat ada banyak sekali tower dan gedung-gedung pencakar langit yang cukup tinggi, kemegahan suasana metropolitan sungguh terasa di kota tersebut.  Setelah sampai di sebuah tempat di yang saya tuju, saya mulai berbincang-binang dengan beberapa orang yang telah lama tinggal di sini, mereka bercerita tentang gereja.  Dia menjelaskan bahwa di satu wilayah yang saya tempati sekarang terdapat 130 gereja dari berbagai denominasi.  Masing-masing gereja memiliki gedung yang sebagian besar berada di kawasan elit.  Gedung gereja yang megah, fasilitas gereja yang cukup lengkap dan jemaat yang bertambah banyak, itu merupakan semua impian dari lebih dari 1000 hamba Tuhan yang ada di wilayah tersebut.
                Murid Yesus berkata “Guru lihatlah betapa kokohnya batu-batu tersebut dan betapa megahnya gedung-gedung itu!”  Ungkapan kekagauman murid-murid kepada Bait Allah yang menjadi pusat peribadatan pada masa itu.  Kemegahan bentuk gedung dan dengan gaya arsitek yang sangat indah membuat mata murid-murid disilaukan dengan kondisi gedung.  Akan tetapi Yesus hanya menjawab “Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? tak satupun akan dibiarkan terletak diatas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan”.  Semuanya akan diruntuhkan oleh Tuhan dan tidak akan dibiarkan berdiri.
                Jika dalam diri kita orientasi dalam menyembah Tuhan hanya terletak kepada kemegahan gedung dan kelengkapan fasilitas ini menunjukan bahwa inilah bentuk kesombongan rohani yang sebenarnya tidak mengenal Tuhan.   penampilaan gereja yang sebenarnya adalah berada dalam pribadi kita sebagai orang percaya bukan terletak kepada gedung yang megah, tetapi ada pada pribadi kita sendiri.  Seberapa kenal kita dan seberapa dekat kita dalam membangun kemegahan rohani kemegahan hubungan yang baik dengan Tuhan akan tergambar nyata menjadi kemegahan yang tidak bisa diruntuhkan oleh apapun.  Karena kemegahan gedung bisa saja hancur setiap saat.(Chan)

MARI MEMBANGUN GEDUNG “HATI" KITA DI DALAM  TUHAN

Sabtu, 09 Maret 2013

SUDAH TERSEGEL


SUDAH TERSEGEL

Roma 3:21-31

1 Kor 9:2 “ Sebab hidupmu dalam Tuhan adalah meterai.”

                 Materai atau segel merupakan bagian yang wajib disertakan dalam sebuah surat perjanjian atau surat-surat penting lainya.  Segel ini menunjang untuk pengukuhan dalam tanda bukti keabsahanya di mata hukum,  tidak hanya tanda tangan saja yang diperlukan tetapi dibutuhkan juga materai untuk menunjangnya.  Karena jika terjadi pelanggaran dalam kesepakatan maka surat bermaterai ini dapat digunakan sebagai tanda bukti. 
                 Bagaimana dengan kita apakah kita sudah termataraikan sebagai orang percaya???  Ada banyak orang yang mengaku subagai orang percaya. Sama ibaratnya ada banyak orang yang sudah bertanda tangan di dalam surat pernyataan yang ingin di ajukan tetapi apakah surat tersebut sudah dibubuhi materai.  Apakah kita termasuk orang yang belum bermatarai.  Bagaiman materai tersebut?? Iman kita kepada Tuhan adalah materai bagi kita secara pribadi didalam roma 3:28 karena manusia dibenarkan karena iman.  Penyerahan hidup beriman penuh kepada Tuhan adalah materai bagi kita bukan hanya sekedar tanda nyata yang dilakukan oleh bangsa Israel (bersunat) tetapi juga harus dilengkapi dengan khidupan yang berkenan sesuai dengan kehendak Tuhan.  Bahkan rasul Paulus yang menuliskan suratnya kepada jemaat Korintus menjelaskan bahwa “sebab hidupmu dalam Tuhan adalah materai bagi kerasulanku.”
                 Jadi kita akan menjadi orang yang percaya yang bermaterai yang memiliki pengakuan kepada Kristus dan juga mencerminkan kehidupan yang berkenan dalam Kristus.  Saat kita memiliki kehidupan yang di dalam Tuhan maka bukan hanya kita saja yang mendapatkan materai tersebut tetapi juga orang percaya lainya yang sudah melayani kita untuk menjadi orang percaya..

DENGAN LANTANG KITA MENGAKUI KRISTUS DENGAN LANTANG PULA KITA HIDUP DI DALAMNYA


SUDAH TERSEGEL


SUDAH TERSEGEL

Roma 3:21-31

1 Kor 9:2 “ Sebab hidupmu dalam Tuhan adalah meterai.”

                 Materai atau segel merupakan bagian yang wajib disertakan dalam sebuah surat perjanjian atau surat-surat penting lainya.  Segel ini menunjang untuk pengukuhan dalam tanda bukti keabsahanya di mata hukum,  tidak hanya tanda tangan saja yang diperlukan tetapi dibutuhkan juga materai untuk menunjangnya.  Karena jika terjadi pelanggaran dalam kesepakatan maka surat bermaterai ini dapat digunakan sebagai tanda bukti. 
                 Bagaimana dengan kita apakah kita sudah termataraikan sebagai orang percaya???  Ada banyak orang yang mengaku subagai orang percaya. Sama ibaratnya ada banyak orang yang sudah bertanda tangan di dalam surat pernyataan yang ingin di ajukan tetapi apakah surat tersebut sudah dibubuhi materai.  Apakah kita termasuk orang yang belum bermatarai.  Bagaiman materai tersebut?? Iman kita kepada Tuhan adalah materai bagi kita secara pribadi didalam roma 3:28 karena manusia dibenarkan karena iman.  Penyerahan hidup beriman penuh kepada Tuhan adalah materai bagi kita bukan hanya sekedar tanda nyata yang dilakukan oleh bangsa Israel (bersunat) tetapi juga harus dilengkapi dengan khidupan yang berkenan sesuai dengan kehendak Tuhan.  Bahkan rasul Paulus yang menuliskan suratnya kepada jemaat Korintus menjelaskan bahwa “sebab hidupmu dalam Tuhan adalah materai bagi kerasulanku.”
                 Jadi kita akan menjadi orang yang percaya yang bermaterai yang memiliki pengakuan kepada Kristus dan juga mencerminkan kehidupan yang berkenan dalam Kristus.  Saat kita memiliki kehidupan yang di dalam Tuhan maka bukan hanya kita saja yang mendapatkan materai tersebut tetapi juga orang percaya lainya yang sudah melayani kita untuk menjadi orang percaya..

DENGAN LANTANG KITA MENGAKUI KRISTUS DENGAN LANTANG PULA KITA HIDUP DI DALAMNYA


Jumat, 08 Maret 2013

KEHENDAK TUHAN ATAU KEHENDAK MANUSIA


Kehendak Tuhan atau Kehendak Manusia

Yak 1:12-18

             Pada suatu hari ada perbincangan yang menarik yang sedang terjadi di suatu stasiun televisi.  Saat seorang wartawan mewawancarai salah satu korban kecelakanaan.  Saat wartawan itu bertanya tentang perasaan yang dialami oleh orang tersebut, dengan tegar ibu itu menjawab “sebenarnya saya sedih dengan kecelakaan ini tetapi mau bagaimana lagi lha sudah takdirnya begini.  Ini merupakan cobaan yang berat bagi keluarga kami.”  
Berbicara mengenai cobaan kadang kita selalu mempertanyakan Tuhan itu bagaiman to?  Kenapa hidup kita ini sulit sekali, kenapa saya harus menjadi orang miskin, kenapa saya harus menjadi bangkrut kenapa saya harus mengalami kecelakaan, kenapa saya harus bla-bla-bla dll.  Sering sekali kita seperti mempertanyakan Tuhan apa sich kehendak Tuhan dalam hidup kita.  Pada saat kita sampai pada titik jenuh seperti tidak ada jawaban membuat iman kita goyah dan itu tidak jarang banyak orang percaya akhirnya harus meninggalakan imannya. 
             Hal ini mengingatkan kembali kepada kita bahwa Tuhan Yesus juga mengalami masa pencobaan di padang gurun.  Yesus tetap bertahan dalam kondisinya meskipun ada banyak hal yang dipamerkan oleh “yang mencobai”.  Bertahan dalam pencobaan menghasilkan sesuatu yang baik dari Tuhan “mahkota dari Tuhan” (ay 12) sesuatu yang indah ada berkat yang akan diberikan Tuhan yang membuat kita menjadi sukacita saat kita bisa melewati masa pencobaan yang sedang kita alami.  Meskipun terkadang kita megnalami kesulitan untuk mengerti tentang Tuhan pada saat pencobaan kita terkadang membuat kita menuduh Tuhan yang mencobai.  Padahal sebaliknya Tuhan tidak pernah mencobai “pencobaan bukanlah datang dari Tuhan” (ay 13).  Tetapi ternyata sebenarnya  pencobaan datang dari keinginan manusia itu sendiri dan yang kemudian telah terpikat sehingga melakukan suatu kesalahan yang menghasilkan dosa (ay 14).  Jadi bukan Tuhan yang mencobai kita, tetapi diri kita sendiri yang mencobai kita sendiri dengan keinginan-keinginan kita sendiri.  Padahal Tuhan sebenanya selalu memberikan yang terbaik dan yang sempurna, Tuhan selalu memberikan anugerahnya yang terbaik dan menjadikan yang baik (ay 17-18)  sehingga “pada tingkat tertentu” kita menjadi anak sulung menjelaskan pada saat kita sudah berada pada suatu titik ketidak berdayaan kita dan kesadaran bahwa kita sebenarnya membutuhkan Tuhan dan berserah kepada Tuhan serta menanggalakan keinginan diri tetapi keinginanya Tuhan.


MARI LAKSANAKAN KEHENDAK TUHAN DI DALAM HIDUP KITA

KEHENDAK TUHAN ATAU KEHENDAK MANUSIA


Kehendak Tuhan atau Kehendak Manusia

Yak 1:12-18

             Pada suatu hari ada perbincangan yang menarik yang sedang terjadi di suatu stasiun televisi.  Saat seorang wartawan mewawancarai salah satu korban kecelakanaan.  Saat wartawan itu bertanya tentang perasaan yang dialami oleh orang tersebut, dengan tegar ibu itu menjawab “sebenarnya saya sedih dengan kecelakaan ini tetapi mau bagaimana lagi lha sudah takdirnya begini.  Ini merupakan cobaan yang berat bagi keluarga kami.”  
Berbicara mengenai cobaan kadang kita selalu mempertanyakan Tuhan itu bagaiman to?  Kenapa hidup kita ini sulit sekali, kenapa saya harus menjadi orang miskin, kenapa saya harus menjadi bangkrut kenapa saya harus mengalami kecelakaan, kenapa saya harus bla-bla-bla dll.  Sering sekali kita seperti mempertanyakan Tuhan apa sich kehendak Tuhan dalam hidup kita.  Pada saat kita sampai pada titik jenuh seperti tidak ada jawaban membuat iman kita goyah dan itu tidak jarang banyak orang percaya akhirnya harus meninggalakan imannya. 
             Hal ini mengingatkan kembali kepada kita bahwa Tuhan Yesus juga mengalami masa pencobaan di padang gurun.  Yesus tetap bertahan dalam kondisinya meskipun ada banyak hal yang dipamerkan oleh “yang mencobai”.  Bertahan dalam pencobaan menghasilkan sesuatu yang baik dari Tuhan “mahkota dari Tuhan” (ay 12) sesuatu yang indah ada berkat yang akan diberikan Tuhan yang membuat kita menjadi sukacita saat kita bisa melewati masa pencobaan yang sedang kita alami.  Meskipun terkadang kita megnalami kesulitan untuk mengerti tentang Tuhan pada saat pencobaan kita terkadang membuat kita menuduh Tuhan yang mencobai.  Padahal sebaliknya Tuhan tidak pernah mencobai “pencobaan bukanlah datang dari Tuhan” (ay 13).  Tetapi ternyata sebenarnya  pencobaan datang dari keinginan manusia itu sendiri dan yang kemudian telah terpikat sehingga melakukan suatu kesalahan yang menghasilkan dosa (ay 14).  Jadi bukan Tuhan yang mencobai kita, tetapi diri kita sendiri yang mencobai kita sendiri dengan keinginan-keinginan kita sendiri.  Padahal Tuhan sebenanya selalu memberikan yang terbaik dan yang sempurna, Tuhan selalu memberikan anugerahnya yang terbaik dan menjadikan yang baik (ay 17-18)  sehingga “pada tingkat tertentu” kita menjadi anak sulung menjelaskan pada saat kita sudah berada pada suatu titik ketidak berdayaan kita dan kesadaran bahwa kita sebenarnya membutuhkan Tuhan dan berserah kepada Tuhan serta menanggalakan keinginan diri tetapi keinginanya Tuhan.


MARI LAKSANAKAN KEHENDAK TUHAN DI DALAM HIDUP KITA

Kamis, 07 Maret 2013

Hidup Yang Bertujuan



Hidup Yang Bertujuan

Yak 4:13-17

 Pada suatu hari saat saya sedang berjalan-jalan di sebuah kota wisata,  saya memasuki kawasan taman kota yang dipenuhi dengan orang yang sedang menikmati akhir pekan.  Saat saya sedang berjalan jalan di trotoar jalan tiba-tiba ada seorang tukang bejak menghampiri saya “kemana mas mari saya antar” dan saya hanya terdiam saja begitu juga setelah beberapa meter setelahnya juga ada tukan becak yang lain yang juga menanyakan hal yang sama “kemana mas mari saya antar”. 
“Kemana mas?”  pertanyaan ini mengingatkan kepada arah yang akan dituju.  Kehidupan ini selalu ada banyak pilihan.  Tetapi terkadang ada orang yang hanya menjalani kehidupan ini seperti mengalir begitu saja tanpa ada arah hidup dan orientasi hidup yang jelas.  Alasan yang klasik yang biasa dibuat adalah “hidup ini sudah ada yang atur”  apakah ini menunjukan ketidak berdayaan manusia seperti tanpa ada usaha?  Dan memunulkan kesan bahwa percuma kita bekerja keras.       
Hidup haruslah memiliki tujuan yang jelas yang mengarah kepada yang lebih baik.dan selalu memiliki rencana yang pasti. (ay13).  Tetapi rencana dan juga kehidupan atau tujuan kedepan akan menjadi sia-sia dan berlalu begitu saja jika tidak ada atau tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai rencana tersebut(ay 14).  Hidup yang bertujaun adalah hidup yang memiliki rencana yang pasti dan tahu apa yang harus dilakukan esok harinya tetapi tetap berada pada batasan Tuhan yang berkehendak atas tujuan hidup dan tetap taat dalam Tuhan (ay 15)  bukan karena kecongkakan atau kesombongan diri.(ay  16)

ARAHKAN HIDUPMU KEPADA TUJUAN YANG BERADASARKAN DI DALAM TUHAN

Hidup Yang Bertujuan



Hidup Yang Bertujuan

Yak 4:13-17

 Pada suatu hari saat saya sedang berjalan-jalan di sebuah kota wisata,  saya memasuki kawasan taman kota yang dipenuhi dengan orang yang sedang menikmati akhir pekan.  Saat saya sedang berjalan jalan di trotoar jalan tiba-tiba ada seorang tukang bejak menghampiri saya “kemana mas mari saya antar” dan saya hanya terdiam saja begitu juga setelah beberapa meter setelahnya juga ada tukan becak yang lain yang juga menanyakan hal yang sama “kemana mas mari saya antar”. 
“Kemana mas?”  pertanyaan ini mengingatkan kepada arah yang akan dituju.  Kehidupan ini selalu ada banyak pilihan.  Tetapi terkadang ada orang yang hanya menjalani kehidupan ini seperti mengalir begitu saja tanpa ada arah hidup dan orientasi hidup yang jelas.  Alasan yang klasik yang biasa dibuat adalah “hidup ini sudah ada yang atur”  apakah ini menunjukan ketidak berdayaan manusia seperti tanpa ada usaha?  Dan memunulkan kesan bahwa percuma kita bekerja keras.       
Hidup haruslah memiliki tujuan yang jelas yang mengarah kepada yang lebih baik.dan selalu memiliki rencana yang pasti. (ay13).  Tetapi rencana dan juga kehidupan atau tujuan kedepan akan menjadi sia-sia dan berlalu begitu saja jika tidak ada atau tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai rencana tersebut(ay 14).  Hidup yang bertujaun adalah hidup yang memiliki rencana yang pasti dan tahu apa yang harus dilakukan esok harinya tetapi tetap berada pada batasan Tuhan yang berkehendak atas tujuan hidup dan tetap taat dalam Tuhan (ay 15)  bukan karena kecongkakan atau kesombongan diri.(ay  16)

ARAHKAN HIDUPMU KEPADA TUJUAN YANG BERADASARKAN DI DALAM TUHAN

Senin, 04 Maret 2013

TONG KOSONG NYARING BUNYINYA


“Tong Kosong Nyaring Bunyinya”

“Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.”
Ayub 42:3

Pada suatu hari ada beberapa orang anak sekolah yang sedang berdiskusi tentang mata pelajaran satu sama lain ingin menceritakan persiapan mereka masing-masing untuk mempersiapak diri dalam ujian hari ini.  Tiba-tiba ada seorang anak yang datang dan ikut nimbrung bersama-sama.  Dengan gayanya yang sok dia memaparkan bahwa dia bisa mengerjakan semua soal sesulit apapun.  Dia yakin meskipun dia tidak belajar dia bisa mengerjakanya karena dia merasa sangat pintar.  Beberapa saat kemudian datanglah sang guru dan memberikan soal ujian kepada mereka,  beberapa teman tampak serius mengerjakan akan tetapi si sombong tampak kebingungan.  Selang beberapa saat ternyata dia tidak bisa sama sekali mengerjakan soal-soal ujian.
               
 “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” sebuah perumpamaan yang umum didengar di kalangan masyarakat.  Perumpamaan ini menjelaskan tentang seseorang yang pintar berbicara tetapi sebenarnya di dalam kepandaianya dalam berbicara dia tidak mengerti apa yang dia bicarakan sebenarnya.
                 
Ada banyak orang bisa berbicara tentang Tuhan dan ada banyak sekali pembicara-pembicara yang terkenal yang berbicara tentang Tuhan, begitu juga kita masing-masing bisa berbicara tentang Tuhan menurut sudut pandang kita masing-masing.  Ayub mengungkapkan tentang dirinya bahwa dia adalah orang yang tanpa pengertian tetapi berani bercerita tentang hal yang ajaib dan tidak di ketahui.  Ayub juga sadar bahwa ternyata selama ini meskipun dia tahu tentang Tuhan tetapi dia sendiri tidak bisa merasakan Tuhan karena sumber pengetahuanya dari orang lain.. 

JANGAN PERNAH MEMBERITAKAN FIRMAN TUHAN TANPA PERNAH MERASAKAN ANUGERAHNYA DI DALAM FIRMANNYA


TONG KOSONG NYARING BUNYINYA


“Tong Kosong Nyaring Bunyinya”

“Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.”
Ayub 42:3

Pada suatu hari ada beberapa orang anak sekolah yang sedang berdiskusi tentang mata pelajaran satu sama lain ingin menceritakan persiapan mereka masing-masing untuk mempersiapak diri dalam ujian hari ini.  Tiba-tiba ada seorang anak yang datang dan ikut nimbrung bersama-sama.  Dengan gayanya yang sok dia memaparkan bahwa dia bisa mengerjakan semua soal sesulit apapun.  Dia yakin meskipun dia tidak belajar dia bisa mengerjakanya karena dia merasa sangat pintar.  Beberapa saat kemudian datanglah sang guru dan memberikan soal ujian kepada mereka,  beberapa teman tampak serius mengerjakan akan tetapi si sombong tampak kebingungan.  Selang beberapa saat ternyata dia tidak bisa sama sekali mengerjakan soal-soal ujian.
               
 “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” sebuah perumpamaan yang umum didengar di kalangan masyarakat.  Perumpamaan ini menjelaskan tentang seseorang yang pintar berbicara tetapi sebenarnya di dalam kepandaianya dalam berbicara dia tidak mengerti apa yang dia bicarakan sebenarnya.
                 
Ada banyak orang bisa berbicara tentang Tuhan dan ada banyak sekali pembicara-pembicara yang terkenal yang berbicara tentang Tuhan, begitu juga kita masing-masing bisa berbicara tentang Tuhan menurut sudut pandang kita masing-masing.  Ayub mengungkapkan tentang dirinya bahwa dia adalah orang yang tanpa pengertian tetapi berani bercerita tentang hal yang ajaib dan tidak di ketahui.  Ayub juga sadar bahwa ternyata selama ini meskipun dia tahu tentang Tuhan tetapi dia sendiri tidak bisa merasakan Tuhan karena sumber pengetahuanya dari orang lain.. 

JANGAN PERNAH MEMBERITAKAN FIRMAN TUHAN TANPA PERNAH MERASAKAN ANUGERAHNYA DI DALAM FIRMANNYA


Sabtu, 02 Maret 2013

KEMARIN 1 MARET 2013




Kemarin 1 Maret 2013

Efesus 6:10-20

“ Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;” (Efesus 6:11)

Kemarin tanggal 1 Maret 2013 adalah hari yang sepesial bagi masyarakat Yogyakarta, karena hari itu diperingati sebagai hari peringatan hari serangan umum di Yogyakarta. Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Besar Sudirman, untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI - berarti juga Republik Indonesia - masih ada dan cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. 

Mengingat tentang perjalanan bangsa ini menuju kemerdekaan sungguh sangat berat.  Dan salah satunya adalah tragedi serangan umum 1 Maret 1949 sebagai pembuktian unjuk kekuatan bangsa ini dan unjuk persiapan dan persenjataan untuk mengusir penjajah dari tanah Indonesia. 

Perjuangan Iman kita juga harus dibuktikan dan dinyatakan.  Bagaiman kondisi kita sekarang sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus?  perjuangan yang tidak akan pernah ada habisnya karena “perjuangan kita adalah melawan penguasa, penghulu dunia gelap dan roh jahat.”  Perjuangan yang tidak pernah ada habisnya selama kita hidup.  Dan jika kita ingin mempertahankan iman kita perlu banyak perlengkapan dan persiapan yang harus kita tunjukan agar kita benar-benar siap untuk melawan itu semua.  Senjata Allah akan membuat kita berdiri tegap, KEBENARAN, KEADILAN, KERELAAN MEMBERITAKAN INJIL, IMAN, KESELAMATAN DAN PEDANG ROH YAITU FIRMAN ALLAH.  Mari kita cek semua apakah perseiapan pertempuran kita ini benar-benar sudah siap?.   Dan jangan lupa untuk selalu BERDOA.   Semua ini hanya untuk Tuhan dan perjuangan iman Kita…

SEMUA PASUKAN KRISTUS SIAP GRAK………..!!

KEMARIN 1 MARET 2013




Kemarin 1 Maret 2013

Efesus 6:10-20

“ Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;” (Efesus 6:11)

Kemarin tanggal 1 Maret 2013 adalah hari yang sepesial bagi masyarakat Yogyakarta, karena hari itu diperingati sebagai hari peringatan hari serangan umum di Yogyakarta. Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Besar Sudirman, untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI - berarti juga Republik Indonesia - masih ada dan cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. 

Mengingat tentang perjalanan bangsa ini menuju kemerdekaan sungguh sangat berat.  Dan salah satunya adalah tragedi serangan umum 1 Maret 1949 sebagai pembuktian unjuk kekuatan bangsa ini dan unjuk persiapan dan persenjataan untuk mengusir penjajah dari tanah Indonesia. 

Perjuangan Iman kita juga harus dibuktikan dan dinyatakan.  Bagaiman kondisi kita sekarang sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus?  perjuangan yang tidak akan pernah ada habisnya karena “perjuangan kita adalah melawan penguasa, penghulu dunia gelap dan roh jahat.”  Perjuangan yang tidak pernah ada habisnya selama kita hidup.  Dan jika kita ingin mempertahankan iman kita perlu banyak perlengkapan dan persiapan yang harus kita tunjukan agar kita benar-benar siap untuk melawan itu semua.  Senjata Allah akan membuat kita berdiri tegap, KEBENARAN, KEADILAN, KERELAAN MEMBERITAKAN INJIL, IMAN, KESELAMATAN DAN PEDANG ROH YAITU FIRMAN ALLAH.  Mari kita cek semua apakah perseiapan pertempuran kita ini benar-benar sudah siap?.   Dan jangan lupa untuk selalu BERDOA.   Semua ini hanya untuk Tuhan dan perjuangan iman Kita…

SEMUA PASUKAN KRISTUS SIAP GRAK………..!!

Jumat, 01 Maret 2013

Menilai dan Dinilai





Menilai dan Dinilai

Roma 2:1-6


“Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.”
 (Roma 2:1)

Mata diciptakan sebagai salah satu indera yang berfungsi untuk membantu manusia melihat segala yang ada di sekitarnya.  Mata bisa melihat apa yang ada di depan nya dengan bantuan pantulan cahaya yang mengenai benda tersebut akan tetapi manusia tidak bisa melihat benda yang ada disekitarnya jika tidak ada cahaya,  selain itu juga mata tidak pernah bisa melihat muka yang orang yang membawanya secara langsung tetapi bisa langsung melihat wajah orang lain secara langsung,,,

            Begitu juga dengan kita sering kali kita hanya bisa melihat orang lain melihat kondisi orang lain dan melihat kelemahan orang lain.   Pada saat kita melihat orang lain dan menilai orang lain secara perlahan tapi pasti pikiran kita akan membuat suatu kesimpulan,  bahkan terkadang kesimpulan tersebut menjadi kan kita bersikap menghakimi orang lain.  Sehingga meskipun orang itu sudah berbuat sesuatu yang baik dan sesuatu perubahan yang mengarah kepada kebenaran maka justru akan tetap bersikap “Alah paling-juga ada maunya” atau “paling juga cuman sebentar baiknya”.  Memang ada standart ukuran-ukuran yang dipakai untuk menilai seseorang tetapi semua standart itu tidak bisa degeneralisasikan seumur hidup atau untuk semua orang.    

            Seharusnya yang kita buat adalah untuk tidak menghakimi orang lain dengan semua tindakan tersebut karena seharusnya adalah kesalahan yang sudah dilakukan orang adalah untuk menjadi bahan Intospeksi diri kita sendiri.  Tuhan Itu adil dia punya ukuran dan standart sendiri tentang kesalahan manusia karena Tuhan berbuat sesuai dengan kehendakNya.  Tuhan mengenakan penghukuman kepada orang yang tidak berkenan sehingga dengan kita melihat orang lain kita menjadi menginstropeksi diri untuk kita belajar agar berusaha untuk yang hidup yang berkenan bagi Tuhan, Paling tidak kita sadar bahwa Tuhan sudah menuntun kita untuk mengusahakan yang terbaik agar luput dari hukuman Allah.   
             
Kita sadar bahwa kita tidak akan pernah bisa luput dari dari tindakan berbuat pelanggaran yang tidak menyenangkan.  Allah yang berinisiatif, dengan cara nya yang ajaib, tetapi kita yang mengeraskan hati kita, kalo kita sadar akan hal itu maka janji Tuhan yaitu kehormatan, ketidakbinasaan, kemuliaan, dan damai sejahtera pasti akan selalu menyertai kita.   


Janganlah Mata Selalu Terarah Kepada Muka Orang Lain
Tetapi Ambilah Cermin (Firman Tuhan)  dan Nilailah Diri Sendiri


Menilai dan Dinilai





Menilai dan Dinilai

Roma 2:1-6


“Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.”
 (Roma 2:1)

Mata diciptakan sebagai salah satu indera yang berfungsi untuk membantu manusia melihat segala yang ada di sekitarnya.  Mata bisa melihat apa yang ada di depan nya dengan bantuan pantulan cahaya yang mengenai benda tersebut akan tetapi manusia tidak bisa melihat benda yang ada disekitarnya jika tidak ada cahaya,  selain itu juga mata tidak pernah bisa melihat muka yang orang yang membawanya secara langsung tetapi bisa langsung melihat wajah orang lain secara langsung,,,

            Begitu juga dengan kita sering kali kita hanya bisa melihat orang lain melihat kondisi orang lain dan melihat kelemahan orang lain.   Pada saat kita melihat orang lain dan menilai orang lain secara perlahan tapi pasti pikiran kita akan membuat suatu kesimpulan,  bahkan terkadang kesimpulan tersebut menjadi kan kita bersikap menghakimi orang lain.  Sehingga meskipun orang itu sudah berbuat sesuatu yang baik dan sesuatu perubahan yang mengarah kepada kebenaran maka justru akan tetap bersikap “Alah paling-juga ada maunya” atau “paling juga cuman sebentar baiknya”.  Memang ada standart ukuran-ukuran yang dipakai untuk menilai seseorang tetapi semua standart itu tidak bisa degeneralisasikan seumur hidup atau untuk semua orang.    

            Seharusnya yang kita buat adalah untuk tidak menghakimi orang lain dengan semua tindakan tersebut karena seharusnya adalah kesalahan yang sudah dilakukan orang adalah untuk menjadi bahan Intospeksi diri kita sendiri.  Tuhan Itu adil dia punya ukuran dan standart sendiri tentang kesalahan manusia karena Tuhan berbuat sesuai dengan kehendakNya.  Tuhan mengenakan penghukuman kepada orang yang tidak berkenan sehingga dengan kita melihat orang lain kita menjadi menginstropeksi diri untuk kita belajar agar berusaha untuk yang hidup yang berkenan bagi Tuhan, Paling tidak kita sadar bahwa Tuhan sudah menuntun kita untuk mengusahakan yang terbaik agar luput dari hukuman Allah.   
             
Kita sadar bahwa kita tidak akan pernah bisa luput dari dari tindakan berbuat pelanggaran yang tidak menyenangkan.  Allah yang berinisiatif, dengan cara nya yang ajaib, tetapi kita yang mengeraskan hati kita, kalo kita sadar akan hal itu maka janji Tuhan yaitu kehormatan, ketidakbinasaan, kemuliaan, dan damai sejahtera pasti akan selalu menyertai kita.   


Janganlah Mata Selalu Terarah Kepada Muka Orang Lain
Tetapi Ambilah Cermin (Firman Tuhan)  dan Nilailah Diri Sendiri