Sabtu, 23 November 2013

TUHAN “Memanggil”

Tuhan “Memanggil”


Kata “memanggil” di antaranya merupakan padanan dari kata Ibrani  qara’ (qof-qames-resh-qames-alef). Kata tersebut diturunkan dari akar induk kata “q-r” (qof-resh), yang di dalam tulisan Ibrani kuno masing-masing huruf membawa ide tertentu. Huruf “qof” adalah sebuah gambar matahari di ufuk barat (atau timur?) dan berarti juga pengumpulan cahaya. Sedangkan huruf “resh” adalah gambar kepala seorang laki-laki. Gabungan dua gambar tersebut berarti “mengumpulkan orang-orang”.


Dalam kebudayaan Ibrani seseorang mengumpulkan orang-orang  dan barang dengan cara: (1) perencanaan (2) kebetulan, dan (3) pembelian. Biasanya, orang-orang dipanggil untuk suatu pertemuan yang telah direncanakan sebelumnya, namun tidak jarang juga terjadi secara kebetulan. Sedangkan pengumpulan barang kekayaan dilakukan seseorang dengan cara membeli, termasuk budak sebagai barang kekayaan keluarga.

Dalam terang Firman Tuhan, Tuhan “memanggil” (qara ’ = ”mengumpulkan orang-orang”) orang-orang tertentu  berlaku dua cara, yaitu dengan cara direncanakan dan cara pembelian.


Pertama, Tuhan “mengumpulkan orang-orang” bukannya karena  kebetulan. Dia merencanakan orang-orang yang dipanggilNya dan menetapkan tujuanNya. Sebelum Paulus  menjadi hamba Tuhan, ia adalah penganiaya jemaat. Namun, sebenarnya ia telah dipilih Tuhan sejak dalam kandungan dan dipanggil oleh karena kasih karuniaNya ( Galatia 1:15). Paulus dipanggil untuk tujuan Tuhan, yaitu memberitakan namaNya kepada bangsa-bangsa lain, raja-raja dan orang-orang Israel (Kisah Para Rasul 9:15).


Kedua, Tuhan “mengumpulkan orang-orang” dengan cara pembelian. Orang yang dikumpulkan dengan cara pembelian adalah budak atau hamba. Hal tersebut biasa berlaku dalam kebuyaan timur tengah kuno.  Budak dibeli dari seseorang atau sekelompok orang. Mereka diperjualbelikan di  antara pedagang, sebagaimana barang (Kejadian 37:28). Bahkan, kepemilikan budak dalam suatu keluarga menjadi ukuran kekayaan (Kejadian 24:35). Budak yang dibeli akan menjadi milik tuannya.


Jemaat Korintus, baik sebelumnya hamba atau orang bebas, telah dipanggil Tuhan dalam pelayananNya. Mereka  telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Mereka milik Tuhan. Karena itu, mereka adalah hamba Tuhan, bukan hamba manusia (bandingkan 1 Korintus 7:22-23).


Implikasi

Pertama, Tuhan telah mengumpulkan kita, orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, dengan perencanaan. Kita adalah orang-orang yang dikumpulkanNya sesuai dengan rencanaNya untuk tujuan yang ditetapkanNya. Apakah rencana dan tujuan hidup kita sudah sesuai dengan rencana dan tujuan Tuhan?


Kedua,  Tuhan telah mengumpulkan kita dengan cara dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Kita ini milik Tuhan. Oleh karena itu kita tidak memiliki hak lagi atas tubuh, pikiran, kreatifitas, kemampuan sosial, daya kerja, dan lain-lain. Segala hal yang kita miliki, bahkan segala keberadaan kita, menjadi milik Tuhan dan menjadi kekayaan Tuhan. Apakah segala sesuatu yang melekat pada diri kita masih kita kuasai menjadi hal milik kita, atau telah menjadi hak milik dan kekayaan Tuhan? Lihat, betapa berharganya kita ini, sebab kita menjadi kekayaan Tuhan!


(Artikel ini ditulis oleh Hery Setyo Adi, yang menggunakan rujukan dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar